Brifinng sebelum melakukan resik-resik pantai payangan. Doc. Explant |
Pemuda-pemuda jember yang peduli akan potensi daerah Jember mengadakan
resik-resik pantai payangan sisi timur.
Minggu (24/1) pemuda jember yang tergabung dalam komunitas Jember
Youth Social Movement melakukan bersih-bersih pantai timur payangan. Mereka
memunguti lalu memisahkan sampah organik dan anorganik, tujuannya agar sampah
tersebut tidak dapat mengganggu pemandangan pantai dan dapat dimanfaatkan oleh
warga sekitar.
Acara yang berlangsung mulai pagi hingga menjelang sore tersebut
diikuti oleh 53 orang dari berbagai Pendidikan Tinggi di Jember dan luar Jember
yang memang berasal di Jember serta
beberapa organisasi yang ada di perguruan tinggi di Jember. Keikutsertaan meraka
atas nama pribadi dan ada juga dari organisasi.
Saskia Auruma Hirata selaku ketua panitia saat ditemui di
sela-sela acara menuturkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pertama sekaligus
promosi kepada masyarakat untuk turut bergabung bersama mereka. Kegiatan ini dicetus
oleh Reza habibi Rahmatullah, yang akrab di banggil Bobi. Latar belakang
pencetusan komunitas ini adalah bahwa Ia ingin memberikan kontribusi kepada jember,
kemudian jangka panjangnya ia ingin mengadakan desa binaan yang kemudian dapat bersaing
di MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saat ini.
Menurut Saskia selama ini pantai payangan belum
termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat pantai payangan. Padahal pantai payangan
memiliki potensi yang sangat besar, namun masyarakat pesisir payangan belum
mengetahui bagaimana memaksimalkannya. “Mereka
tahu akan potensi disini, tetapi mereka tidak tahu untuk memasarkan potensi
mereka sendiri” tutur Saskia. Menurutnya desa payangan memiliki banyak potensi,
salah satunya yaitu ecotourism. Sebagian masyarakat payangan sudah dapat
membaca potensi daerahnya tetapi belum dapat memaksimalkan potensi tersebut dan butuh bantuan untuk memaksimalkannya.
Beberapa potensi yang ada dipayangan adalah ecotourism,
edukasi dan industri kreatis yang memanfaatkan mangrove sebagai bahan dalam industri kreatif.
Tak hanya itu pohon mangrove sendiri juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dalam pembuatan tepung yaitu tepung mangrove, batik mangrove dan
wisata.
Komunias yang beranggotakan 20 orang ini masih baru beriri
tanggal 15 Januari lalu ini terbuka bagi semua kalangan yang ingin bergabung
untuk bergerak pada pengabdian sosial. “Kedepannya kia akan terus sering-sering
kesini untuk membina adik-adik disini, agar dapat membantu potensi ecotourism”
Saskia menambahkan.[]
Oleh : Ahmad Junaidi Al Jawawi