12.59

Brifinng sebelum melakukan resik-resik pantai payangan. Doc. Explant

Pemuda-pemuda jember yang peduli akan potensi daerah Jember mengadakan resik-resik pantai payangan sisi timur.

Minggu (24/1) pemuda jember yang tergabung dalam komunitas Jember Youth Social Movement melakukan bersih-bersih pantai timur payangan. Mereka memunguti lalu memisahkan sampah organik dan anorganik, tujuannya agar sampah tersebut tidak dapat mengganggu pemandangan pantai dan dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Acara yang berlangsung mulai pagi hingga menjelang sore tersebut diikuti oleh 53 orang dari berbagai Pendidikan Tinggi di Jember dan luar Jember yang  memang berasal di Jember serta beberapa organisasi yang ada di perguruan tinggi di Jember. Keikutsertaan meraka atas nama pribadi dan ada juga dari organisasi.

Saskia Auruma Hirata selaku ketua panitia saat ditemui di sela-sela acara menuturkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan pertama sekaligus promosi kepada masyarakat untuk turut bergabung bersama mereka. Kegiatan ini dicetus oleh Reza habibi Rahmatullah, yang akrab di banggil Bobi. Latar belakang pencetusan komunitas ini adalah bahwa Ia ingin memberikan kontribusi kepada jember, kemudian jangka panjangnya ia ingin mengadakan desa binaan yang kemudian dapat bersaing di MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) saat ini.

Menurut Saskia selama ini pantai payangan belum termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat  pantai payangan. Padahal pantai payangan memiliki potensi yang sangat besar, namun masyarakat pesisir payangan belum mengetahui bagaimana memaksimalkannya.  “Mereka tahu akan potensi disini, tetapi mereka tidak tahu untuk memasarkan potensi mereka sendiri” tutur Saskia. Menurutnya desa payangan memiliki banyak potensi, salah satunya yaitu ecotourism. Sebagian masyarakat payangan sudah dapat membaca potensi daerahnya tetapi belum dapat memaksimalkan potensi tersebut  dan butuh bantuan untuk memaksimalkannya.

Beberapa potensi yang ada dipayangan adalah ecotourism, edukasi dan industri kreatis yang memanfaatkan  mangrove sebagai bahan dalam industri kreatif. Tak hanya itu pohon mangrove sendiri juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan tepung yaitu tepung mangrove, batik mangrove dan wisata.

Komunias yang beranggotakan 20 orang ini masih baru beriri tanggal 15 Januari lalu ini terbuka bagi semua kalangan yang ingin bergabung untuk bergerak pada pengabdian sosial. “Kedepannya kia akan terus sering-sering kesini untuk membina adik-adik disini, agar dapat membantu potensi ecotourism” Saskia menambahkan.[]
Oleh : Ahmad Junaidi Al Jawawi