Malam inagurasi sudah lewat. Kegiatan yang merupakan penutupan Pengenalan Kegiatan Akademik (PEKA) bagi Mahasiswa Baru ini dilaksanakan di GOR Politeknik Negeri Jember tanggal 22 Oktober kemarin. Acara inagurasi diselenggarakan tanpa pentas. Padahal sebuah pentas telah dipersiapkan di sebelah GOR. Namun pentas berukuran 12 x 8 meter tersebut ambruk terkena hujan dan angin.
Sebelum acara inagurasi, para mahasiswa baru (maba) diwajibkan membayar dana Rp. 10.000,-. Sedangkan berdasarkan pemahaman maba, keseluruhan dana yang berhubungan dengan PEKA sudah terakumulasi dan dibayar lunas pada awal mereka masuk, yakni pada saat daftar ulang. Maka tidak heran jika banyak maba yang kurang mengerti dan masih cenderung mempertanyakan, untuk apa dilakukan penarikan uang Rp.10.000,-?
Ketika ditanya soal pemahaman terhadap tujuan membayar dana Rp. 10.000,- jawaban maba berbeda-beda. “Penarikan uang itu untuk kita, dan untuk kemeriahan acara kita, apa kita gak punya keinginan untuk memeriahkan acara kita sendiri?” demikian pendapat salah satu maba.
Anggraini Vesti, maba dari program studi Bahasa Inggris mengatakan, “Menurut saya hal itu (membayar dana Rp. 10.000,-, red) sangat wajar, namun saya tidak habis pikir kenapa masih harus membayar, padahal kita sudah membayar uang daftar ulang.”
Wiwin Riza Kurnia, selaku bendahara kepanitiaan PEKA angkat bicara mengenai hal ini. Wiwin berkata bahwa dana alokasi untuk PEKA dan inagurasi saling berdiri sendiri. Dana inagurasi tidak termasuk dalam dana daftar ulang yang telah dilunasi maba sejak awal masuk. Untuk keperluan inagurasi, panitia juga mengusahakan dana sponsor supaya dana yang ditarik dari maba tidak perlu terlalu banyak.
Kendatipun demikian, penarikan dana terhadap maba ini agak aneh, mengingat bahwa pada tahun-tahun sebelumnya peserta PEKA tidak diwajibkan membayar.
“Tahun lalu itu kan barengan sama pengambilan yang di Kopma, buat ngambil atribut. Kwitansinya itu nggak boleh ilang. Kalo yang sekarang, karena atribut itu nggak ada, karena anaknya langsung bayar ke kampus dan bukan bayar ke kita, jadi langsung ditarik sepuluh ribu.” Ujar Wiwin.
Sebelumnya Wiwin telah menjelaskan bahwa untuk maba 2011, setiap maba harus membayar Rp.10.000,- untuk mendapatkan kwitansi, lalu kwitansi tersebut digunakan sebagai syarat masuk acara inagurasi.
Wiwin berkata, dana-dana yang dibutuhkan adalah untuk biaya panggung yang jauh lebih lebar dari tahun lalu. Ini untuk memenuhi kebutuhan jumlah mahasiswa baru yang pada tahun ini adalah 1052 orang.
Penarikan dana Rp. 10.000,- per anak ini dilakukan sejak tanggal 15 Oktober 2011, yakni satu minggu sebelum malam inagurasi. Karena acara PEKA hanya berlangsung setiap hari Sabtu, Wiwin menilai bahwa penarikan yang dilakukan saat mendekati hari H ini kurang efektif.
Saat ditanya mengapa penarikan uang baru dilakukan ketika menjelang hari H, Wiwin menjelaskan mengenai banyaknya kesibukan lain yang harus dikerjakan panitia. Ini dapat diartikan bahwa jika deperma tidak terlalu sibuk dengan kegiatan lain, inagurasi bisa lebih optimal.
Sebuah kesan kekecewaan diajukan oleh Alfian, seorang maba dari program studi Gizi Klinik. “Ada satu lagi yang juga jadi permasalahan. Bukankah malam inagurasi itu milik maba, tetapi kenapa yang unjuk kebolehan bukan maba. Padahal kami sudah membersiapkan diri untuk turut andil dalam acara tersebut.”[]
(Ninuk Anggasari, Explant 2009
Tim Reporter: Alfian, Ikhsan, Ismi, Ozi, Tasrif, Rizka, Angga, Kurnia)