09.56


Ilustrasi: doc. Explant


      “Inagurasi mungkin menjadi istilah baru yang paling sering terdengar di tahun pertama perkuliahan. Istilah yang mungkin sangat "mengesankan" bagi mahasiswa baru. Banyak sebutan yang biasa dipakai dalam masing-masing kampus untuk kegiatan ini. Disebut juga Ospek, study tour (darmawisata), RATASI (ramah-tamah dan rekreasi), kuliah lapangan, malam ramah-tamah, malam keakraban, malam perkenalan, dan lain-lain. Biasanya diadakan sebulan setelah perkuliahan aktif.” (red wikipedia;)
     Namanya juga sudah malam keakraban, yah ini sebagai momentum bagi senior dengan sesama junior saling mengakrabkan diri mengingat mereka sudah satu keluarga atas nama jurusan maupun kampus. Momen ini sepertinya sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun. Inagurasi adalah kegiatan bernostalgia setelah pelaksanaan peka, namun pada tahun ini inagurasi sangat-sangat tidak ada transparansi dan memberatkan. Sistem seperti ini banyak bermunculan spekulasi bahwa inagurasi adalah ladang pencarian nafkah BEM. Namun, kegiatan itu dipertanyakan oleh salah satu mahasiswa baru yang menamakan dirinya Dewo yang juga merupakan peserta inagurasi 2015 kemarin.
Senin (23/11) sangat mengejutkan bagi mahasiswa, banyak selebaran yang tertempel di mading-mading dan menyebar di seluruh lingkungan kampus tak hanya kasus Setya Novanto yang menjadi perbincangan publik tentang “Dulu mama minta pulsa sekarang papa minta saham,” namun selebaran ini tak kalah sensasional dan menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa. Selebaran tersebut terkait ketidak-jelasan uang inagurasi yang sudah terlaksana kemarin. Inagurasi sudah terlaksana, namun meninggalkan bekas yang mengecewakan di mata mahasiswa. Tulisan tersebut menjelaskan bahwa pihak BEM kurang transparan dan anggaran yang dikeluarkan tidak sesuai dengan jumlah yang diperoleh, bisa dikatakan ada kejanggalan di acara tersebut.
    Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan organisasi tertinggi di tataran kemahasiswaan, namun organisasi sekelas BEM masih belum menerapkan sistem keterbukaan seperti yang dilansir dari selebaran ketidakpuasan terhadap BEM “Terkait inagurasi saya sebenarnya merasa terbebani dengan iuran Rp. 40.000/orang dan tak cukup sampai disitu. Banyak angka fantastis dalam pertanggung-jawaban yang tidak terperinci,” ungkap dewo yang tertanda dalam selebaran tersebut.
Melihat kiriman tersebut sangat masuk akal karena mahasiswa bukan lagi anak kecil yang bisa dibohongi dan dibodohi. Pada tataran wacana, gugatan tersebut bagus agar keadaan lebih baik, akan tetapi jika gugatan itu hanya menjadi konsep diri, maka tak jarang permasalahan itu dibiarkan menguap dengan sendirinya, tanpa ada tindak lanjut. Hal itu sangat tidak produktif sehingga kenyataanya seperti telur diujung tanduk dan akhirnya pecah.
Untuk menjadi lebih baik dan sesuai dengan era keterbukaan maka perlu dijawab kemana uang sebesar itu? Melihat tidak adanya kejelasan dari  BEM. Pertanyaan yang wajar dilontarkan karena setiap mahasiswa mempunyai pertanyaan yang harus dijawab, sangat tidak logis organisasi BEM dalam perguruan tinggi, tanpa ada sistem transparansi dalam hal keuangan dana inagurasi secara terperinci.
    Jika seperti ini BEM bisa dikatakan miskin keterbukaan dan kaya kebohongan, inagurasi menjadi mata pencaharian BEM yang lagi kekurangan asupan gizi kejujuran, yang seharusnya menjadi teladan bagi organisasi di bawahnya.
Selembaran tersebut mendapat tanggapan dari pihak BEM bahwa pihaknya sudah melakukan forum dengan ketua angkatan seusai inagurasi dan melakukan LPJ kepada ketua angkatan yang menjadi peserta pada acara tersebut. “Kami sudah melakukan forum dengan ketua angkatan setelah acara itu, kami juga menjelaskan pemasukan dan pengeluaran anggaran pada inagurasi kemarin dan mahasiswa baru pun sudah paham,” ungkap Fauzi selaku Presbem saat ditemui di sekret BEM pada Senin, (23/11).
     Dari tulisan itu pihak BEM menilai bahwa tulisan tersebut bukan karya anak mahasiswa baru melihat dari tata kalimat pada lembaran itu. BEM menilai tulisan itu dibuat dengan landasan ada ketidaksukaan terhadap BEM yang aktif melakukan kegiatan. “Saya melihat tulisan itu bukan tulisan MABA, namun tulisan itu ditulis oleh pihak X yang saya pun tahu karena tulisan ini sudah model-model lama dilihat dari isi dan hiasan pinggirnya ini,” tambah Fauzi.
Dengan kejadian itu pihak BEM mengundang orang terkait melalui akun sosial media instagram milik bem agar mendatangi sekret BEM untuk berdiskusi. “Untuk menindaklanjuti selebaran ini yang ditempelkan di mading kampus dan yang dibagi-bagikan. Kami mengundang dengan hormat MABA/elemen mahasiswa yang menulis surat ini untuk datang ke sekret kami dan menyuarakan aspirasinya dan kami menjamin tidak ada diskriminasi dari pihak kami,” ungkap pihak BEM yang dilansir dari akun media sosial instagram @bempolije.
Tak puas dengan ajakan BEM, Dewo lagi-lagi menyebar selebaran pada Rabu (02/12) yang intinya pihak pengirim meminta untuk mengadakan forum diskusi dengan mahasiswa baru.
    Dengan meninggalkan bekas perpecahan seperti ini lantas perlukah diadakan inagurasi yang menghambur-hamburkan uang demi kesenangan semata untuk tahun depan?





kiri : selebaran pertama, kanan: selebaran ke dua. (doc exp)
oleh : Sugiyanto