Ilustrasi: doc. Explant |
“Inagurasi mungkin menjadi istilah baru yang paling sering terdengar di
tahun pertama perkuliahan. Istilah yang mungkin sangat "mengesankan"
bagi mahasiswa baru. Banyak sebutan yang biasa dipakai dalam masing-masing
kampus untuk kegiatan ini. Disebut juga Ospek, study tour (darmawisata),
RATASI (ramah-tamah dan rekreasi), kuliah lapangan, malam ramah-tamah, malam
keakraban, malam perkenalan, dan lain-lain. Biasanya diadakan sebulan
setelah perkuliahan aktif.” (red wikipedia;)
Namanya juga sudah malam keakraban, yah ini sebagai momentum bagi senior dengan
sesama junior saling mengakrabkan diri mengingat mereka sudah satu keluarga
atas nama jurusan maupun kampus. Momen ini sepertinya sudah menjadi tradisi
dari tahun ke tahun. Inagurasi adalah kegiatan bernostalgia setelah pelaksanaan
peka, namun pada tahun ini inagurasi sangat-sangat tidak ada transparansi dan
memberatkan. Sistem seperti ini banyak bermunculan spekulasi bahwa inagurasi
adalah ladang pencarian nafkah BEM. Namun, kegiatan itu dipertanyakan
oleh salah satu mahasiswa baru yang menamakan dirinya Dewo yang juga merupakan
peserta inagurasi 2015 kemarin.
Senin
(23/11) sangat mengejutkan bagi mahasiswa, banyak selebaran yang tertempel di
mading-mading dan menyebar di seluruh lingkungan kampus tak hanya kasus Setya
Novanto yang menjadi perbincangan publik tentang “Dulu mama
minta pulsa sekarang papa minta saham,” namun selebaran ini tak kalah
sensasional dan menjadi buah bibir di kalangan mahasiswa. Selebaran tersebut
terkait ketidak-jelasan uang inagurasi yang sudah terlaksana kemarin. Inagurasi
sudah terlaksana, namun meninggalkan bekas yang mengecewakan di mata mahasiswa.
Tulisan tersebut menjelaskan bahwa pihak BEM kurang transparan dan anggaran
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan jumlah yang diperoleh, bisa dikatakan ada
kejanggalan di acara tersebut.
Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan organisasi tertinggi di tataran
kemahasiswaan, namun organisasi sekelas BEM masih belum menerapkan sistem
keterbukaan seperti yang dilansir dari selebaran ketidakpuasan terhadap BEM
“Terkait inagurasi saya sebenarnya merasa terbebani dengan iuran Rp.
40.000/orang dan tak cukup sampai disitu. Banyak angka fantastis dalam pertanggung-jawaban
yang tidak terperinci,” ungkap dewo yang tertanda dalam selebaran tersebut.
Melihat
kiriman tersebut sangat masuk akal karena mahasiswa bukan lagi anak kecil yang
bisa dibohongi dan dibodohi. Pada tataran wacana, gugatan tersebut bagus agar
keadaan lebih baik, akan tetapi jika gugatan itu hanya menjadi konsep diri,
maka tak jarang permasalahan itu dibiarkan menguap dengan sendirinya, tanpa ada
tindak lanjut. Hal itu sangat tidak produktif sehingga kenyataanya seperti
telur diujung tanduk dan akhirnya pecah.
Untuk
menjadi lebih baik dan sesuai dengan era keterbukaan maka perlu dijawab kemana
uang sebesar itu? Melihat tidak adanya kejelasan dari BEM. Pertanyaan
yang wajar dilontarkan karena setiap mahasiswa mempunyai pertanyaan yang harus dijawab,
sangat tidak logis organisasi BEM dalam perguruan tinggi, tanpa ada sistem
transparansi dalam hal keuangan dana inagurasi secara terperinci.
Jika seperti ini BEM bisa dikatakan miskin keterbukaan dan kaya kebohongan,
inagurasi menjadi mata pencaharian BEM yang lagi kekurangan asupan gizi
kejujuran, yang seharusnya menjadi teladan bagi organisasi di bawahnya.
Selembaran
tersebut mendapat tanggapan dari pihak BEM bahwa pihaknya sudah melakukan forum
dengan ketua angkatan seusai inagurasi dan melakukan LPJ kepada ketua angkatan
yang menjadi peserta pada acara tersebut. “Kami sudah melakukan forum dengan
ketua angkatan setelah acara itu, kami juga menjelaskan pemasukan dan
pengeluaran anggaran pada inagurasi kemarin dan mahasiswa baru pun sudah paham,”
ungkap Fauzi selaku Presbem saat ditemui di sekret BEM pada Senin, (23/11).
Dari tulisan itu pihak BEM menilai bahwa tulisan tersebut bukan karya anak
mahasiswa baru melihat dari tata kalimat pada lembaran itu. BEM menilai tulisan
itu dibuat dengan landasan ada ketidaksukaan terhadap BEM yang aktif melakukan
kegiatan. “Saya melihat tulisan itu bukan tulisan MABA, namun tulisan itu
ditulis oleh pihak X yang saya pun tahu karena tulisan ini sudah model-model
lama dilihat dari isi dan hiasan pinggirnya ini,” tambah Fauzi.
Dengan
kejadian itu pihak BEM mengundang orang terkait melalui akun sosial media
instagram milik bem agar mendatangi sekret BEM untuk berdiskusi. “Untuk
menindaklanjuti selebaran ini yang ditempelkan di mading kampus dan yang dibagi-bagikan.
Kami mengundang dengan hormat MABA/elemen mahasiswa yang menulis surat ini
untuk datang ke sekret kami dan menyuarakan aspirasinya dan kami menjamin tidak
ada diskriminasi dari pihak kami,” ungkap pihak BEM yang dilansir dari akun
media sosial instagram @bempolije.
Tak puas
dengan ajakan BEM, Dewo lagi-lagi menyebar selebaran pada Rabu (02/12) yang
intinya pihak pengirim meminta untuk mengadakan forum diskusi dengan mahasiswa
baru.
Dengan meninggalkan bekas perpecahan seperti ini lantas perlukah diadakan
inagurasi yang menghambur-hamburkan uang demi kesenangan semata untuk tahun
depan?
kiri : selebaran pertama, kanan:
selebaran ke dua. (doc exp)
oleh : Sugiyanto