Foto: doc. Exp/ Galuh |
"Setiap
tanggal 10 Desember pasti diramaikan oleh peringatan hari hak asasi manusia
(HAM). Tanggal yang diadopsi dari deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada
1948 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)."
Tak mau melupakan pentingnya arti HAM,
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Kotak adakan musikalisasi puisi (10/12),
bertempat di lapangan basket Politeknik Negeri Jember. Bertemakan Mereka
yang diam, sesungguhnya tidak mati , Teater Kotak mengajak dan mengingatkan
kembali khususnya kepada masyarakat
mengenai
pentingnya penegakan HAM.
Imam Bayu Samudra, selaku ketua umum
teater kotak menekankan pentingnya hak asasi manusia. Ia berujar, banyak kalangan
masyarakat mulai dari mahasiswa sampai pejabat lupa bahwa tanggal 10 Desember
adalah peringatan hari HAM Intenasional.
“Acara ini bertujuan mengingatkan
pentingnya hak asasi manusia,” ujar
Bayu. Ia bersyukur melihat penonton yang datang pada acara musikalisasi puisi
kali ini cukup banyak, yang menandakan bahwa mahasiswa Polije masih antusias
dengan HAM dan peringatannya.
Bayu juga mencontohkan buruknya
penyelesaian masalah HAM di Indonesia. Ia mencontohkan kasus pembunuhan aktivis
HAM, Munir. Pembunuhan berencana yang kasusnya belum usai sampai sekarang dan
dinyatakan bebas. Tak lepas dari tujuan acara ini, Bayu pun berharap setelah
peringatan ini, semoga masyarakat dan mahasiswa Politeknik Negeri Jember sadar
bahwa HAM adalah permasalahan penting.
Dalam penampilannya, musikalisasi puisi
tersebut dimeriahkan oleh penampilan anggota dari Teater Kotak, UKM seni dari luar Polije dan organisasi seni dan sastra seperti UKM
Dolanan Gelanggang dan Imasind. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh Rahman El
Hakim, pemuda yang pernah aktif di UKM
kesenian Fakultas Ilmu Kependidikan (FKIP) Unej, ia membawakan puisi yang
berjudul “menghitung kerinduan”.
Saat diwawancarai setelah penampilannya, dia bercerita alasan membawakan puisi
tersebut.
Rahman menuturkan bahwa puisi tersebut
menceritakan kerinduannya tentang hal-hal baik dan saling menghormati akan hak
asasi manusia. Dalam hal pendidikan, setiap peserta belajar selalu diberikan
teori-teori untuk berbuat baik dan berperilaku kepada sesama, namun tidak
pernah memberikan contoh nyata dalam kehidupan perilaku baik. Yang ada hanya
contoh berperilaku buruk yang salah satu bentuknya adalah pelanggaran HAM.
Rahman juga bercerita bahwa ia pernah
melakukan perjalanan berkeliling Jawa dengan berjalan kaki. Dia tidak bertujuan
untuk mengunjungi teman-teman di komunitas seni , tetapi ia mendatangi orang-orang
yang hidupnya tidak dapat merasakan HAM secara utuh. “Di perbatasan Depok, ada
janda yang hidup selama 27 tahun di rombong rokok!” ia bercerita. Dia menjelaskan
bahwa janda tersebut hidup dengan dua orang anaknya. Anak pertama yang masih
berumur sepuluh tahun dan yang kedua berumur empat tahun. Penegakan HAM di
indonesia masih dipertanyakan untuk orang-orang kecil.
Pemuda yang akif di komunitas lingkar seni tiga A ini memberi komentar juga berpesan bahwa HAM memang sangat penting.
HAM adalah hubungan antar manusia dimana manusia disebut di dalam alquran
adalah sebagai penjaga sekaligus pemimpin di bumi. Maka wajib bagi
kita untuk mempertahankan hak asasi orang-oang yang belum mendapatkan haknya
secara utuh.[]
Oleh : Ahmad Junaidi Al Jawawi/Red