20.45



Entah sejak kapan Rokok sudah mulai beredar dikalangan mahasiswa. Bukan hanya mahasiswa tetapi kalangan masyarakatpun baik kalangan rendah hingga kalangan tingkat atas sudah banyak mengkonsumsi barang ini. Apasih yang membuat para mahasiswa tertarik dari barang ini? . . . padahal harganya yang terbilang “wah” ini bias membuat para mahasiswa ketagihan.

Kerugian ekonomi akibat rokok setiap tahunnya tidak kurang 200 miliar dollar amerika, dimana setiap tahunnya orang Indonesia mengonsumsi 215 miliar batang rokok, dengan peringkat ke 5 di dunia, setelah cina, amerika jepang dan rusia. Indonesia dengan 240 juta penduduk dan regulasi yang lemah, serta pemerintah dan badan legislatif yang belum peduli pada kepentingan kesehatan publik, merupakan target sasaran dengan ramuan yang tepat.

Mahasiswa yang disebut dengan pelajar yang sudah mampu berpikir secara positif ini, masih sangat sedikit apresiasinya dalam upaya mengkampanyekan dan menolak rokok.Yang lebih parah lagi, justru iklan rokok lebih banyak menghiasi lingkungan sekitar kampus dibandingkan dengan iklan lain yang lebih mendidik. Sebagian malah ikut serta dalam lingkaran kepulan bisnis ini, mengajaknya sebagai sponsor dalam berbagai even seperti olahraga maupun musik. Pihak kampus pun seakan-akan tidak peduli dengan maslah ini. Ironis memang.

Andaikan mahasiswa sadar tentang bahaya merokok hingga akhirnya berhenti, jelas hal yang menguntungkan akan didapat baik secara individu maupun lingkungan. Misalkan jika kita merokok, berapa uang yang kita keluarkan dalam sehari untuk membeli rokok, anggap saja Rp.12.000,00- per hari. Coba kita hitung jika dalam satu bulan berapa yang sudah kita keluarkan sudah banyak bukan?... jika kita tabung kan lumayan hasilnya, jika dalam satu bulan kita dapat kira-kira Rp.390.000,00- kan bisa kita jadikan modal untuk berwirausaha. Misalkan jual kue, bisnis jual beli Hp kecil-kecilan kan lumayan.

Jika ditanya tentang alasan kenapa mereka merokok, banyak yang bilang “Jika tidak merokok bukan LAKI-LAKI namanya” kata sebagian besar Mahasiswa. Dan yang jadi pertanyaan kini ialah apakah seorang laki-laki harus merokok jika ingin disebut LAKI?....

Dan jawaban dari para Mahasiswa sangat beragam, kita ambil satu jawaban yang paling baik dari penilaian kami “Laki-Laki itu dikatakan LAKI itu dengan mencegah orang yang merokok dan melakukan hal yang baik sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat” tutur Alfan salah satu Mahasiswa Politeknik Negeri Jember.

Sekarang saatnya mahasiswa melakukan gerakan. Sebuah gerakan membangun kesadaran mengenai bahaya merokok. Suatu gerakan penyadaran yang besar dimulai dari gerakan yang kecil. Gerakan kecil seperti himbauan agar tidak merokok di dalam lingkungan kampus ataupun tidak melibatkan produsen rokok dalam kegiatan yang dilaksanakan di kampus bisa dijadikan langkah awal. Dengan memulai dari hal ini niscaya gerakanakan menjadi besar dan menyadarkan semua pihak akan bahayanya merokok.