Ilustrasi: muslimvillage.com/Explant |
Sebagai mahasiswa tingkat akhir,
pasti mengenal istilah
seminar proposal (Sempro) Tugas Akhir maupun skripsi. Suatu momok yang
menakutkan bagi mahasiswa jika belum siap mental dan materi, sampai bebarapa
mahasiswa bisa sakit dan bahkan tak sanggup melanjutkan proses ini. Sempro
membuat kewalahan karena selain butuh pemikiran yang ekstra, mahasiswapun
dilatih kesabarannya dengan tingkah laku dosen yang selalu tidak tepat waktu
menghadiri sempro. Tak hanya itu terkadang yang hadir untuk mengevaluasi
proposal mahasiswa hanya DPU, di lain waktu terkadang semua Dosen baik
Dosen Pembimbing Umum (DPU), Dosen Pembimbing Anggota (DPA) dan penguji
menghadiri undangan mahasiswanya. Tak heran jika hal itu terjadi, mungkin dosen
sibuk dengan aktifitas kepegawaiannya atau sibuk dengan yang lainnya, entahlah
kita berfikir postif saja.
Proposal berasal dari bahasa
inggris to propose yang artinya mengajukan dan secara sederhana proposal
dapat diartikan sebagai bentuk pengajuan atau permohonan, penawaran baik itu
berupa ide, gagasan, pemikiran maupun rencana kepada pihak lain untuk
mendapatkan dukungan baik itu yang sifatnya izin, persetujuan, dana dan lain -
lain. Proposal juga dapat diartikan sebagai sebuah tulisan yang dibuat oleh si
penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelaskan sebuah rencana dan
tujuan suatu kegiatan kepada pembaca. Sedangkan seminar secara terminologi
adalah sebuah kegiatan yang dibuat untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari
seorang pakar atau peneliti yang dipresentasikan kepada peserta agar dapat
mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah dalam konteks ini untuk
dievaluasi oleh audiens.
Dari pengertian tersebut
disimpulkan bahwa seminar proposal adalah penyampaian karya tulis ilmiah atau
gagasan tertulis dari seorang peneliti yang dipersentasikan kepada audiens. Dengan
sedikit pengertian di atas seminar proposal ini sangat penting untuk kelancaran
jalannya pelaksanaan tugas akhir, apalagi dalam proses bimbingan, dosen terkadang sulit ditemui dengan beberapa
alasan.
Kesibukan dosen yang begitu super
padat, seakan tak kalah padat dengan artis yang mendapat begitu banyak undangan dari stasiun televisi.
Pertanyaannya kenapa beberapa dosen seakan-akan kurang memfasilitasi
pembimbingan secara maksimal? Bukannya pembimbingan ini masuk dalam pelayanan
dan tanggung jawab dosen yang sudah mendapatkan mandat dari atasan. Hal ini
mungkin karena sebuah anggapan yang dibudidayakan dengan kalimat “Cuma sempro
DPU aja yang hadir sudah cukup”. Anggapan ini yang harus dihilangkan dengan
diganti kebiasaan baru yang lebih baik karena mahasiswa butuh bimbingan untuk
mendapatkan kualitas lulusan yang maksimal. Bukan sekedar “lulus”, sebagai
dosen harusnya memikirkan kualitas lulusan mahasiswa,. Apa memang seperti ini
pencetak generasi bangsa?
Semoga kedepannya bisa memberikan
perubahan bimbingan yang berkualitas dan tak mempersulit mahasiswanya.[]
Oleh: Sugiyanto