17.40


Ilustrasi: muslimvillage.com/Explant




Sebagai mahasiswa tingkat akhir, pasti mengenal istilah seminar proposal (Sempro) Tugas Akhir maupun skripsi. Suatu momok yang menakutkan bagi mahasiswa jika belum siap mental dan materi, sampai bebarapa mahasiswa bisa sakit dan bahkan tak sanggup melanjutkan proses ini. Sempro membuat kewalahan karena selain butuh pemikiran yang ekstra, mahasiswapun dilatih kesabarannya dengan tingkah laku dosen yang selalu tidak tepat waktu menghadiri sempro. Tak hanya itu terkadang yang hadir untuk mengevaluasi proposal mahasiswa hanya DPU, di lain waktu terkadang  semua Dosen baik Dosen Pembimbing Umum (DPU), Dosen Pembimbing Anggota (DPA) dan penguji menghadiri undangan mahasiswanya. Tak heran jika hal itu terjadi, mungkin dosen sibuk dengan aktifitas kepegawaiannya atau sibuk dengan yang lainnya, entahlah kita berfikir postif saja.

Proposal berasal dari bahasa inggris to propose yang artinya mengajukan dan secara sederhana proposal dapat diartikan sebagai bentuk pengajuan atau permohonan, penawaran baik itu berupa ide, gagasan, pemikiran maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan baik itu yang sifatnya izin, persetujuan, dana dan lain - lain. Proposal juga dapat diartikan sebagai sebuah tulisan yang dibuat oleh si penulis yang bertujuan untuk menjabarkan atau menjelaskan sebuah rencana dan tujuan suatu kegiatan kepada pembaca. Sedangkan seminar secara terminologi adalah sebuah kegiatan yang dibuat untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang dipresentasikan kepada peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah dalam konteks ini untuk dievaluasi oleh audiens.

Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa seminar proposal adalah penyampaian karya tulis ilmiah atau gagasan tertulis dari seorang peneliti yang dipersentasikan kepada audiens. Dengan sedikit pengertian di atas seminar proposal ini sangat penting untuk kelancaran jalannya pelaksanaan tugas akhir, apalagi dalam proses bimbingan,  dosen terkadang sulit ditemui dengan beberapa alasan.
Kesibukan dosen yang begitu super padat, seakan tak kalah padat dengan artis yang mendapat begitu banyak undangan dari stasiun televisi. Pertanyaannya kenapa beberapa dosen seakan-akan kurang memfasilitasi pembimbingan secara maksimal? Bukannya pembimbingan ini masuk dalam pelayanan dan tanggung jawab dosen yang sudah mendapatkan mandat dari atasan. Hal ini mungkin karena sebuah anggapan yang dibudidayakan dengan kalimat “Cuma sempro DPU aja yang hadir sudah cukup”. Anggapan ini yang harus dihilangkan dengan diganti kebiasaan baru yang lebih baik karena mahasiswa butuh bimbingan untuk mendapatkan kualitas lulusan yang maksimal. Bukan sekedar “lulus”, sebagai dosen harusnya memikirkan kualitas lulusan mahasiswa,. Apa memang seperti ini pencetak generasi bangsa?

Semoga kedepannya bisa memberikan perubahan bimbingan yang berkualitas dan tak mempersulit mahasiswanya.[]




Oleh: Sugiyanto