Sabtu, 8 Oktober 2011

Hari itu, hari dimana UKPM - Explant presentasi untuk menarik anggota baru, dan kali ini sasarannya adalah MABA(Mahasiswa Baru) 2011. Dengan perasaan takut, deg - degan dan tidak karu - karuan, kami berusaha untuk tetap tenang agar presentasi yang akan kita bawakan nanti sukses. Tapi, tulisan yang saya buat ini bukan untuk menceritakan proses Presentasi dari awal sampai akhir, melainkan, satu ilmu baru, satu pencerahan baru yang akhirnya menyadarkan saya untuk tetap bertahan di Explant sebagai seorang PERSMA Pers Mahasiswa).

Setelah acara selesai kira - kira pukul 11.30, teman saya Ninuk Anggasari mengajak saya untuk mengunjungi sebuah LPM tetangga milik Tegal Boto, sekaligus membagikan buletin Kompost 2 yang terbit yang di persembahkan kepada MABA. Pertamanya saya menolak, dengan alasan ingin cepat pulang. Tapi, karena Ninuk memaksa dengan alasan hanya sebentar, saya akhirnya menyetujui dan juga kerinduan saya terhadap Persma yang lumayan lama saya tinggalkan.

Sesampainya di LPM Tegal Boto, ternyata orang yang kami cari yaitu Mas Rizky, belum datang. Akhirnya kita bercerita dengan Mas Didik yang menjabat sebagai PU Tegal Boto, lalu, tak lama kemudian ada Mas Arys yang juga menjadi penggerak di Tegal Boto. Setelah berbagi cerita dan mengkritik buletin yang baru saja kami buat, akhirnya kira - kira pukul 12.30 Mas Rizky datang. Saya senang akhirnya bisa ketemu Mas Rizky yang sekarang menjabat sebagai SekJen PPMI cabang Jember. Dari semua cerita yang kita mulai dengan Mas Rizky, akhirnya saya memetik sebuah pelajaran yang penting. Mas Rizky pernah bilang seperti ini "Coba kalian bayangkan sebuah Gelas, lalu gambarkan." Secara spontan saya membayangkan bentuk Gelas yang sama seperti bentuk gelas pada umumnya. Lalu Mas Rizky berbicara lagi. kurang lebih seperti ini "Kenapa sebagian orang menggambarkan segala sesuatu dari apa yang di lihat, contohnya gelas, kenapa tidak menggambarkan Gelas itu lingkaran, bukannya itu juga Gelas, Gelas yang di lihat dari atas. Itulah yang di namakan sudut pandang, dan seorang PERSMA harus memiliki sudut pandang, yang di jadikan acuan dalam menanggapi semua kejadian yang terjadi di sekitar kita. Sedikit bangga, akhirnya saya tahu, kenapa kita (PERSMA) di katakan berbeda. Penjelsan yang sederhana, tapi penting. Terima Kasih, hari itu cukup berkesan.



Dwi Prihati Ningsih-